Gadis Gila, Kubikel di Ujung, dan The Script

ts

taken from weheartit.com

***

Kau dan aku serupa pertemuan kopi pahit dan gula yang manisnya kelewatan. Dingin dan kelembutan. Diam dan keramaian. Kamu adalah kata-kata di belakang dan. Aku di depannya. Kita berkebalikan. Di kepalamu, aku idola. Sempurna. Tanpa cela. Bagiku, kamu adalah satu kata—gila.

Pertemuan satu : aku tidak menyukaimu. Pendapatku sudah menjelaskannya. Gila tidak pernah punya makna yang bagus, setidaknya untukku pribadi. Kau begitu ramai dan senang berkicau tentang apa saja. Berisik. Membuatku sakit kepala setelah kelelahan memutar mata. Kosakatamu terlalu banyak, sampai-sampai aku jadi ragu kau itu manusia atau kamus yang terbuka. Padahal, aku yang penulis—penciptanya kata-kata. Seharusnya.

Lupakan tentang kesan pertemuan kedua. Aku sudah lupa. Mungkin hanya tertinggal jejak-jejak sepatu converse kumal dan kemeja kotak-kotak yang sama lagi darimu. Dan sedikit bau parfum anak-anak. Sama sekali bukan hal-hal yang layak diingat.

Kubikel di ujung itu, adalah satu-satunya yang menjadi familiar pada pertemuan ketiga dan seterusnya. Kau dan aku selalu berakhir di sana, minum kopi dan mengobrol serius hampir sepanjang malam. Kubikelmu penuh barang-barang tidak penting. Post-it yang bertempelan—tulisannya sama sekali tidak bisa dibaca. Tumpukan buku-buku fiksi—kebanyakkan romantis, dan aku menemukan keempat milikku di antaranya. Foto-foto—keluarga, sahabat, teman-teman, dan kekasih (sungguh, aku tidak berminat mencari tahu soal itu), lalu segala macam hal tentang The Script.

Rupanya kau penggila band spesialis lagu-lagu patah hati ini. Sungguh melankolis. Aku cukup terkejut, mengingat kau begitu sering tertawa dan terlalu banyak melucu (bukan dalam artian yang bagus, dan aku tidak akan repot-repot menjelaskannya). Jejak The Script ada di mana-mana. Foto-foto vokalisnya tersebar di setiap sudut. Kasetnya bertumpuk lengkap. CDnya apalagi.

Jadi begitu. Kau akhirnya berhasil membuatku mengingat satu hal tentang dirimu. The Script. Band idola gadis-gadis yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Apa kau juga salah satu di antara mereka? Jangan repot-repot menjawab, aku cuma sekedar bertanya-tanya.

Baiklah. Mungkin lain kali aku akan berbaik hati memberikan tiket konser The Script padamu. Dua, kalau-kalau kau ingin pergi bersama cinta tak kesampaianmu.

 

Aksara Priandaru.

2 pemikiran pada “Gadis Gila, Kubikel di Ujung, dan The Script

    1. halo adiiiik. i do miss your writing so so bad! baru tadi mampir sebentar ke blog kamu, ngecek ada postingan baru apa enggak, eh udah nongol di sini aja.

      Makasih udah komen ‘nice’ buat isi kepalanya Daru yang nyebelin ini. Semoga suka sama orangnya juga nanti hahaha.

      And i love The Script too. A lot 😉

Tinggalkan komentar