YoonHae Moment #7 : I’m Sorry, My Princess

 

 

Title : Yoonhae Moment #7-I’m Sorry, My Princess

Author : Yuridista

Genre : Romance, fluff

Casts : Im Yoona, Lee Donghae, Son Eunso, Jang Geunsuk

Rating : AA-PG

***

Lee Donghae menghela nafas seraya menyandarkan tubuh ke pagar bata di belakangnya. Dia lalu menunduk, dan mulai menggesek-gesekkan ujung sepatunya ke tanah di bawah kakinya. Setiap lima detik, lelaki itu akan mendongak untuk melihat sekelilingnya dengan tatapan was-was, seolah sedang berusaha menemukan sesuatu di antara orang-orang yang melintas di hadapannya. Sesuatu—atau…seseorang.

Ya, setiap orang yang melihat gelagatnya sekarang pasti bisa menebak bahwa dia memang tengah menunggu seseorang. Dengan dikelilingi beberapa bodyguard dan asisten pribadinya, Donghae tampaknya tidak terlalu peduli dengan fakta bahwa setiap orang, terutama gadis-gadis, yang melewati tempatnya berdiri akan berhenti mendadak hanya untuk meneriakkan namanya dan berebut mengambil gambarnya—dan memberinya pandangan oppa-siapa-yang-sedang-kau-tunggu?

Setidaknya, sebentuk senyuman tipis saja sudah bisa membuat gadis-gadis itu kesenangan dan bergerak menjauh dari tempatnya—meski masih sambil menjerit-jerit dengan berlebihan.

Lewat setengah jam, Donghae masih bertahan di tempatnya dengan kaki dan leher yang mulai terasa pegal. Dia tengah memutar perlahan kepalanya untuk mengurangi rasa nyeri di lehernya ketika didengarnya langkah-langkah cepat menuju ke arahnya. Refleks, lelaki itu menoleh ke arah sumber suara. Seketika itu juga, wajahnya berubah sumringah dan senyum lebarnya merekah. Akhirnya, orang yang ditunggu-tunggunya datang juga.

“Donghae-ssi,” sapa orang itu ketika sudah berada tepat di hadapan Donghae seraya tersenyum kepadanya.

Donghae menegakkan tubuhnya dengan tergesa-gesa. Matanya berbinar ketika membalas, “Ah—Eunso-ssi…”

***

Lima jam sebelumnya, di lokasi syuting Love Rain…

“Yoona-ssi.”

Yoona langsung mendongak begitu mendengar namanya dipanggil. “Geunsuk-oppa,” ujarnya ketika dilihatnya Jang Geunsuk tengah menatapnya sambil tersenyum kecil.

“Mau soda?” tanya Geunsuk, menyodorkan sekaleng soda ke arah Yoona.

Yoona mengangguk sekali kemudian mengambil soda kaleng itu dari tangan Geunsuk. “Terimakasih, Oppa.”

Geunsuk nyengir, lalu ikut duduk di sebelah Yoona. “Apa syutingnya sangat melelahkan?” Geunsuk bertanya setelah meneguk soda kalengnya sendiri.

Yoona menoleh ke arah Geunsuk dan menggeleng. “Tidak juga, Oppa. Syutingnya menyenangkan sekali, kok,” jawabnya riang.

“Benarkah?” Geunsuk berujar, nadanya sangsi. “Syuting bersamaku yang merepotkan ini, masa tidak melelahkan samasekali?”

Refleks, tawa Yoona berkumandang. “Jadi daritadi kau sedang menggodaku, ya?” katanya, pura-pura marah. “Padahal aku sudah bilang menyenangkan dengan sepenuh hati…”

Geunsuk meringis. “Habis, kau kelihatan murung sekali dari pagi tadi. Bahkan membalas sapaanku saja seperti setengah hati begitu. Kukira, kan, ada yang sedang tidak beres.”

“Ah…” Yoona berkata, entah kenapa wajahnya tiba-tiba berubah muram. “Aku tidak apa-apa, kok. Semua beres. Sungguh,” lanjutnya, mencoba meyakinkan lelaki di sampingnya yang masih bertampang curiga meski nada bicara dan sepasang matanya mengatakan hal yang berbeda.

Geunsuk mengangkat alisnya. “Aku tidak percaya. Pasti ada yang tidak beres. Kau memikirkan rating, ya?”

Seketika itu juga, ekspresi wajah Yoona yang muram berubah seperti habis ditonjok berkali-kali. “Err—”

“Tuh, kan, aku benar. Jangan mengelak, Yoona-ssi. Wajahmu itu…” Geunsuk berkata seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Yoona, “sudah menjelaskan semuanya padaku.”

“Oppa…” Hanya itu kata yang keluar dari mulut Yoona.

Geunsuk tersenyum, kemudian menjauhkan tubuhnya dari gadis berwajah sedih di sampingnya. “Kalau aku bilang aku tidak memikirkannya, itu bohong namanya,” mulainya hati-hati. “Tapi, menurutku kita tidak perlu menjadikannya sebagai beban. Karena bagiku, yang terbaik adalah bekerja dengan hati senang sampai akhir. Akting bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan atas dasar tuntutan dari orang lain, bahkan meskipun dari sutradara sekalipun. Akting adalah sesuatu yang keluar secara alami dan tanpa paksaan, dan yang akan selalu membuat kita bahagia ketika kita merasa kita telah melakukannya dengan kemampuan terbaik kita…”

“Tapi, Oppa, aku merasa telah mengecawakan orang-orang yang berharap banyak padaku. Aku merasa sedih karenanya…” Yoona menggumam, lagi-lagi seraya menundukkan kepalanya.

“Hei, Nona Cantik.” Geunsuk berkata, menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Yoona. “Aktingmu itu sempurna, kau tahu? Hanya sedikit orang bisa memainkan dua karakter dalam waktu yang bersamaan tanpa membuat orang lain kebingungan membedakan keduanya, dan menurutku kau termasuk di antara sedikit orang itu. Bahkan aku pun tidak bisa berakting sebagus dirimu.”

Yoona memutar mata, tapi toh akhirnya tertawa juga. “Oppa, jangan menjilat berlebihan begitu,” tukasnya bercanda.

Geunsuk nyengir. “Aku serius.”

“Ya, ya, terserah kau saja, Oppa,” Yoona terpaksa mengiyakan. “Tapi, terimakasih banyak, ya, Oppa.”

“Untuk?”

“Nasehatnya…dan juga leluconnya kalau aktingku bagus.”

Mata Geunsuk melebar. “Hei, sudah kubilang aku serius.”

Yoona tergelak. “Apa kau tahu kalau kau itu benar-benar lucu?” tanyanya di sela tawa.

Tanpa diduga, Geunsuk langsung mendekatkan kembali wajahnya ke wajah Yoona. “Kalau begitu, bisa tidak kau membayar leluconku dengan sebuah traktiran nonton film?”

Yoona tertegun. Matanya berkedip tiga kali. “Eh?”

Geunsuk menyeringai. “Bagaimana? Bisa?”

“Err—aku…”

“Hei, Geunsuk-ssi! Berhenti mengganggu Yoona!” Suara teriakan wanita itu langsung membuat Yoona dan Geunsuk buru-buru menjauhkan tubuh dari satu sama lain.

“Eunso-ssi?” Geunsuk bertanya terkejut.

“Eonni!” Yoona memekik tak kalah kagetnya.

Di hadapan mereka, Son Eunso berdiri sambil berkacak pinggang. “Geunsuk-ssi, Yoona itu sudah punya kekasih,” katanya, memandang galak pada Geunsuk.

Yang dipandang cuma bisa melongo. “Eh, benarkah?” tanyanya, berpaling untuk menatap Yoona.

Yoona terkesiap. “Eh—itu…memang, err—benar, Oppa,” jawabnya terbata-bata, berulangkali menatap bergantian Geunsuk yang bertampang terkejut, tak percaya, bercampur kecewa dan Eunso yang bertampang puas.

Bahu Geunsuk langsung lemas. “Oh, oke,” gumamnya, entah ditujukan kepada siapa.

“Tapi ini top secret, ya. Jangan bilang apa-apa pada siapapun juga, Geunsuk-ssi,” Eunso menambahkan dengan tegas, tak peduli apakah Geunsuk yang kecewa mendengarkannya atau tidak.

Yoona meringis, merasa bersalah, tapi tak sempat mengatakan apa-apa kepada Geunsuk karena tangannya sudah keburu ditarik oleh Eunso.

“Geunsuk-ssi, kami pergi duluan, ya!” teriak Eunso riang sambil melambaikan tangannya kepada Geunsuk yang hanya bisa ternganga memandang kedua gadis itu.

***

“Eonni, ada apa?” Yoona bertanya was-was ketika akhirnya dia hanya tinggal berdua saja dengan Eunso.

“Ada yang mau kusampaikan padamu. Penting,” jawab Eunso dengan ekspresi wajah serius.

Mendadak, Yoona merasa was-was. “Apa?”

Eunso mengangguk, kemudian mulai membuka tas tangannya dan mencari sesuatu di dalamnya. “Ini,” katanya ketika sudah berhasil menarik lipatan kertas kecil dari dalam tasnya, “dari Donghae-ssi.”

Yoona tertegun. “Eh? Dari…Donghae-oppa?”

“Iya,” Eunso menyahut. “Dititipkan padaku waktu syuting WGM tempo hari. Super penting katanya.”

Yoona mendongak. “Apa dia bilang sesuatu yang lain selain itu, Eonni?”

Eunso memajukan bibir bawahnya, tampak berpikir-pikir. “Ng…sepertinya tidak. Sebaiknya kau baca dulu saja, nanti kau pasti akan mengerti apa maksudnya.”

“Ah, iya. Terimakasih banyak, Eonni,” ujar Yoona sungguh-sungguh.

Eunso tersenyum. “Tidak masalah,” balasnya. “Ah, ya, jangan terlalu memikirkan rating. Nanti kau diganggu Geunsuk lagi kalau masih kelihatan sedih begitu,” lanjutnya setengah bercanda.

Yoona meringis. “Aku mengerti, Eonni. Sekali lagi terimakasih.”

“Oke. Sampai jumpa nanti.”

“Sampai jumpa.”

***

Dear Yoongie,

Apa kabar? Tunggu—jangan dijawab dulu. Aku minta, mau atau tidak, kau harus bilang kalau kau baik-baik saja. Aku tidak mau dengar apa pun tentang kau sedang sakit atau sedih. Aku sudah terlalu sering bilang padamu untuk selalu makan teratur, rajin minum vitamin, tidur yang cukup, dan banyak tersenyum, kan? Apa kau melakukannya dengan baik?

Oke. Aku menebak kau pasti bosan kalau aku terus-menerus mengungkit tentang keadaanmu, jadi lebih baik kita langsung saja beralih ke pokok pembicaraan. Aku akan berangkat ke Paris waktu menulis ini. Kau tahu, Paris sudah jadi bagian rangkaian tur kami tahun ini. Keren sekali, kan, aku? *jangan memutar mata* Jadi, karena aku sedang terburu-buru, aku akan mengatakannya secara singkat saja :

Maaf.

Maaf.

Maaf.

Maaf.

Maaf.

Maaf.

Untuk tidak pernah meneleponmu, untuk tidak pernah mengirim pesan padamu, untuk tidak pernah mengajakmu kencan lagi, untuk tidak berada di sampingmu waktu kau sedang sedih, untuk tidak bisa meminjamkan bahuku saat kau kelelahan, untuk tidak bisa mengusap air matamu, untuk tidak hadir dalam pesta perayaan pemutaran perdana dramamu, untuk tidak mengucapkan “fighting!” ketika kau sedang sangat membutuhkan dukungan, untuk menjadi sangat sibuk dan tidak punya waktu untukmu, untuk menjadi kekasih paling payah sedunia, dan untuk semuanya…

aku minta maaf.

Well, aku bahkan akan meminta maaf lagi karena sampai harus menitipkan surat ini kepada Son Eunso dan bukannya langsung memberikannya padamu. Aku ini benar-benar payah, eh?

Jadi, maukah kau memaafkanku, Yoong?

Kali ini dan kali-kali lain yang mungkin akan terjadi selanjutnya, maukah kau memaafkanku dan tetap bertahan di sini bersamaku?

 

Dari aku, si payah yang terlalu banyak mau,

Lee Donghae

 

p.s : Balaslah surat ini dan titipkan pada Eunso-ssi. Nanti sore aku akan syuting WGM dengannya.

p.s.s : Jangan cemburu, kau tahu aku hanya mencintaimu dan akan selalu begitu.

***

Lima jam kemudian…

“Ini, balasan dari Yoona,” Eunso berkata seraya menyerahkan sepucuk surat dari Yoona kepada Donghae.

Lelaki itu menerimanya masih dengan wajah sumringah dan senyum yang merekah. “Terimakasih, Eunso-ssi. Aku berhutang banyak padamu.”

Eunso menggeleng. “Jangan sungkan, Donghae-ssi. Aku senang bisa membantu kalian,” tukasnya.

“Tetap saja, aku tidak tahu harus melakukan apa kalau tidak ada kau. Kesibukanku akhir-akhir ini benar-benar membuatku gila.”

“Aku mengerti, Donghae-ssi. Makanya, aku merasa senang bisa membantu kalian. Kalian keren sekali, bisa bertahan di tengah keadaan seperti ini. Padahal hubungan rahasia itu pasti sangat melelahkan, tapi kalian masih sanggup melaluinya,” Eunso berujar, kedengaran kagum sekaligus tersentuh.

Donghae nyengir. “Kurasa kau harus mencobanya sekali-sekali, Eunso-ssi. Percaya atau tidak, meski sedikit susah, hubungan seperti ini asyik sekali, lho.”

Sepasang mata Eunso melebar. “Ha, benarkah?” tanyanya tak percaya.

Donghae mengangguk mantap. “Tentu saja. Jadi, mau aku jodohkan dengan salah satu anggota Super Junior?” tawarnya seraya mengerling jahil.

Wajah Eunso memerah, kemudian tawa kecilnya mulai terdengar. “Berhenti menggodaku dan baca saja surat dari Yoona itu, Donghae-ssi,” tukasnya menahan malu.

***

Bahkan jika kau melakukan kesalahan besar terhadapku hingga membuatku harusnya tak bisa memaafkanmu, aku tetap akan memaafkanmu, Oppa.

Kau harusnya tak perlu menanyakan itu karena aku akan selalu memaafkanmu. Dan mencintaimu. Dan bertahan di sampingmu.

Selamanya, aku akan selalu begitu…

***

Donghae melipat surat balasan dari Yoona dengan perasaan lega membanjiri hatinya. “Terimakasih, Im Yoona,” bisiknya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara di tempat lain, seolah bisa mendengar bisikan kekasihnya, Yoona juga bergumam lirih, “Terimakasih kembali, Oppa…”

 

 

DING!