***
Ada yang tercenung pada jendela gerbong kereta.
Matahari mengusap kening di balik celah-celah pepohonan jauh, lalu hilang —
berganti tonjolan-tonjolan gedung dengan banyak jendela dan rumah terkotak-kotak.
Tidak ada yang bisa dirindui dari tempat ini kecuali kamu:
dear, sayang, dan sebagainya.
Aku selalu kembali berkali-kali.
Menjejak dan berdetak pada sepasang mata, dalam alunan suara, dan untuk genggaman jemari yang sama.
Perihal ketiganya, yang aku tak akan mau lupa.
Kau tidak pernah tahu rasanya meninggalkan lalu merindu.
Pun rasanya meretas jarak dengan terburu-buru.
Setiap kali pergi, aku patah sekali lagi.
Aku sekejap meletup lalu meredup hidup-hidup.
Kereta menjauh, aku meluruh.
Sementara, hatiku mengaduh dengan gaduh:
dia benci musti berderak lagi.
Maka kamu,
Dear, sayang, dan sebagainya,
yang tercenung di jendela gerbong kereta setelah ini,
bisakah bukan aku lagi?
***
p.s: credit judul @aarosyidah
pantes aku kok ketoke pernah moco judul iki neng tulisan e bayi hahaha